Seperti apa perbandingan kekuatan militer Indonesia dan Malaysia di Ambalat?
Malaysia tercatat mempunyai pesawat tempur F-18 Hornet untuk menggempur basis pertahanan musuh. Pesawat berpenumpang dua orang ini didesain untuk menyerbu target sasaran di darat. Bisa dioperasikan dari landasan udara maupun dari kapal induk. Kecepatan maksimalnya 1,8 mach. Bisa dioperasikan malam hari dalam segala kondisi cuaca.
Bersamaan dengan serangan menggunakan F-18, Malaysia juga mengerahkan lima pesawat tempur Hawk 208. Pesawat tempur ini bisa membawa bahan peledak seberat 680 kg. Bom bisa diluncurkan dengan panduan sinar laser. Pesawat tempur Hawk ini diturunkan bersamaan dengan tiga F-18 Hornet.
Selain kekuatan udara, di perairan, kapal yang dikerahkan Malaysia adalah Combat Boat 90 (CB90). Ini adalah jenis kapal serang cepat yang diproduksi oleh perusahaan Swedia Dockstavarvet. Kecepatan bisa mencapai 74 km/jam di perairan.
Kapal lain yang dikerahkan adalah fregat FFG 29 KD Hang Jebat. Kapal ini diproduksi oleh BAE Systems Surface Fleet Solutions yang bermarkas di Glasgow.
TNI Angkatan Laut menurunkan tiga unit kapal perang yang didatangkan dari Armada Timur, di Surabaya, Jawa Timur. Ketiga KRI itu terdiri dari kapal patroli, kapal cepat rudal, dan kapal perang jenis frigate atau korvet. Diantara kelas korvet yaitu KRI Ki Hajar Dewantoro.
Dalam operasi Perisai Sakti 2015, TNI AU mengerahkan tiga unit pesawat tempur F-16 dari Skudaron 3 Madiun dan dua unit Sukhoi dari Skuadron 11 Makassar. Kedua jenis pesawat tempur itu berputar-putar di sekiar perairan Ambalat seluas sekitar 300 mil laut yang menjadi sengketa Indonesia dan Malaysia.
Armada kapal perang RI yang bertugas di Ambalat, telah dilengkapi rudal Yakhont buatan Rusia serta rudal C-802 buatan China. Kedua rudal ini bisa jadi meningkatkan daya gertak terhadap semua ancaman. Betapa tidak, rudal Yakhont mampu melumat sasaran berjarak maksimum 300 km. Rudal di KRI Oswald Siahaan ini sangat besar, panjang 8,9 meter dengan diameter 0,7 meter. Mampu melesat pada kecepatan Mach 2,5 dengan bobot luncur tiga ton. Tampaknya belum ada Kapal perang di Asean yang bisa mengatasi rudal Yakhont.
Malaysia memesan rudal ini ke Rusia, namun belum memiliki kapal yang bisa dipasang rudal Yakhont.
Untuk sasaran lebih dekat, KRI di Ambalat dilengkapi Rudal C-802 yang mampu menggasak sasaran kapal permukaan, hingga 120 km. KRI yang disebar di Ambalat juga dilengkapi beragam jenis torpedo, rudal Harpoon, dan Exocet.
Ancaman potensial dari Malaysia adalah kapal selam modern Scorpene Perancis yang baru dibeli. Untuk itu TNI menempatkan CN-235 MPA yang dipersenjatai dan bertugas mendeteksi kapal selam sekaligus mengunci target dengan misil. CN-235 MPA menggunakan alat pendeteksi kapal selam dari Perancis, karena kapal selam Scorpene Malaysia, buatan Perancis.
No comments:
Post a Comment