Sementara itu Kedutaan Besar Malaysia di Manila ditutup karena adanya demonstrasi di depan kedutaan besar negara Malaysia. Perkara perjuangan membebaskan Sabah oleh Kesultanan Sulu menjadi berita besar baik di Malaysia, Brunei dan Filipina - sementara pihak Indonesia menganggap peristiwa dan pergolakan di Sabah bukan urusan Indonesia, meskipun pada kenyataannya kondisi di lapangan sangat memungkinkan penyusupan dan perampasan wilayah Indonesia oleh Malaysia terjadi dengan memanfaatkan konflik Sabah.
Pihak SLA atau Tentara Pembebasan Sabah yang diduga juga didukung oleh MNLF menyampaikan bahwa mereka akan melakukan serangan secara sporadis dan terencana sebagai balasan atas serangan yang sudah menewaskan llebih dari 50 orang termasuk pihak Tentara Diraja Malaysia. Para pengamat militer sebenarnya merasa heran dengan taktik militer Malaysia dalam perang di Sabah melawan para pejuang SLA.
Para pejuang SLA yang merupakan keturunan dan pewaris yang sah atas Sabah sesuai dengan garis hak dari Kesultanan Sulu berikrar akan melakukan serangan balik dan akan terus berupaya membebaskan Sabah secara militer karena tidak ada dukungan secara diplomatik. Para pejuang SLA menyampaikan bahwa integrasi Sabah tidaklah sah karena dilakukan atas dasar persetujuan para pengelana Eropa, China, dan Kolonial Inggris di Borneo Utara.
Di pihak lain, perang di Sabah ini adalah perang pertama militer Malaysia dalam menghadapi perang gerilya yang akan berlangsung bertahun-tahun. Menarik sekali mengamati kemampuan perang militer Malaysia tanpa dukungan Inggris, Australia dan Singapura. Namun melihat beberapa hari sejak pernyataan perang terhadap para pejuang SLA, kemampuan taktis militer Tentara Diraja Malaysia menunjukkan tingkat yang sangat rendah dibandingkan dengan kemampuan militer Filipina, Laos, Singapura, Indonesia, apalagi Vietnam.
No comments:
Post a Comment